Rabu, 02 September 2020

Pelajaran Makna Kata Ulang dari Twit Gus Mus

Pelajaran dan Penjelasan Makna kata ulang dijelek-jelekin dari twit KH. Mustofa Bisri

Akun media sosial acap kali berisi berita-berita hoax alias fitnah alias bohong. Tetapi, tak sedikit pula akun yang memberikan informasi ringan, menarik, bahkan bermanfaat.

Akun twitter @gusmusgusmu merupakan salah satu akun penyebar kedamaian kesejukan dan pencerahan. Meskipun disayangkan, intensitas twit Kiai Sepuh tokoh NU ini tidak sebanyak akun-akun tidak jelas yang provokatif.


Di tengah 'iritnya' twit dari Gus Mus, tetapi setiapn twit dari beliau selalu memberikan kesejukan. Selalu menggambarkan pribadi yang kalem, tidak mudah marah.

Mengingatkan pun tidak menggunakan bahasa negatif, tetapi selalu menunjukkan dengan bahasa yang positif.

Salah satunya adalah twit untuk jawaban dari salah seorang netizen. Sebelumnya, Gus Mus menulis setiap orang muslim harus menghormati orang lain, termasuk tetangga dan para tamu. Kemudian ada yang bertanya, seandainya kita yang dihina apakah harus diam saja.

Berikut twit lengkap interaksi tersebut:


Anton Rizqan Erawan bertanya, "Diam kalau dijelek-jelekin tetangga gimana?"

Gus Mus Menjawab dengan tersenyum, "Bagus dijelek-jelkin kan tidak berarti jelek. Kalau membalas jelek-jelekin, malah menjadi jelek dan membenarkan ucapan orang yang jelek-jelekin."

Penjelasan arti kata dijelek-jelekin dari Gus Mus ada pada kalimat pertama. Jadi, arti dijelek-jelekin atau dijelek-jelekan memiliki arti dianggap jelek oleh orang lain. Karena konteks kalimatnya begikut. Jadi pengulangan yang disertai dengan afiks atau imbuhan di- KU - in atau di- KU - kan. KU adalah singkatan dari Kata Ulang.

Tetapi ada kalanya di- KU -in atau di- KU -kan bisa mengubah makna menjadi dibuat jadi. Misalnya dalam kalimat:
"Tulisannya dijelek-jelekin supaya nggak disuruh nulis di papan"

"Tulisannya dijelek-jelekkan agar tidak disuruh menulis di papan"

Pada contoh kalimat di atas, makna imbuhannya adalah dibuat jadi jelek. Bukan dianggap jelek.

Tentu tidak hanya pelajaran tentang kata ulang yang dapat diambil dari twit KH. Mustofa Bisri alias Gus Mus, ini. Ada yang lebih dalam. Yaitu pelajaran moral dan agama. Bagaimana perilaku kita.

Karena lebih baik mengajak orang menjadi baik, daripada sekadar mengajak orang meninggalkan hal buruk.